emas.id – Sejarah emas yang merupakan primadona dan jadi barang berharga sejak zaman dahulu hingga kini, masih terus berlanjut.
Logam mulia ini dianggap melambangkan keindahan, kekuatan, kekayaan, dan penghormatan. Sejak ribuan tahun lalu, emas sudah digunakan sebagai perhiasan serta alat tukar, kemudian emas pernah menjadi acuan perbandingan nilai mata uang. Di era sekarang, emas tak hanya dikenal sebagai perhiasan, namun juga menjadi pilihan aset investasi.
Sebuah organisasi perdagangan Amerika Serikat yang mendaftarkan dirinya sebagai suara industri pertambangan di Washington DC yaitu National Mining Association (NMA) menghimpun sejarah emas di dunia dari waktu ke waktu. Diketahui bahwa emas mulai digunakan manusia pada 4000 Sebelum Masehi (SM). Pada masa itu, orang-orang bisa menemukan emas dari pertambangan primitif yang mereka buat dan di tepi sungai-sungai kecil.
1. Emas untuk perhiasan

Pada 4000 SM, wilayah yang sekarang dikenal dengan Eropa Timur mulai memakai emas sebagai benda dekoratif, kemungkinan emas tersebut ditambang di pegunungan Alpen atau di daerah pegunungan Pangaion. Penggunaan emas untuk beragam perhiasan pun muncul saat masa peradaban Sumeria di Irak selatan pada 3000 SM. Perhiasan emas juga ditemukan di makam raja dinasti Mesir pertama yaitu Djer di Abydos, Mesir pada 2500 SM.
Cara pengolahan emas terus berkembang, seperti bangsa Babilonia yang menggunakan uji api guna menguji kemurnian emas pada 1350 SM. Begitu pula bangsa Mesir yang andal dalam menempa emas serta memadukannya dengan logam lain untuk meningkatkan kekerasan serta variasi warna emas. Teknik lost-wax yang digunakan bangsa Mesir sejak 1200 SM untuk mencetak emas juga menjadi inti pembuatan perhiasan sampai saat ini.
Emas menjadi bahan perhiasan yang ideal karena mudah dibentuk, tahan terhadap korosi dan karat, mempunyai nilai ekonomi serta kelangkaan, juga memiliki daya tarik estetika yang khas. Penggunaan emas sebagai perhiasan dari waktu ke waktu umumnya berbentuk gelang, liontin, bros, anting, kalung, cincin, serta ornamen benda-benda lain. Bentuknya mulai dari yang sederhana hingga rumit dengan desain yang beragam baik tradisional ataupun kontemporer.
2. Emas untuk alat tukar

Perjalanan emas menjadi alat tukar dimulai sejak 1500 SM, Mesir menjadi kaya karena memiliki daerah dengan emas yang melimpah yaitu Nubia. Saat itu, emas diakui sebagai standar alat tukar dalam perdagangan internasional. Timur tengah sendiri menggunakan satuan ukuran standar bernama Shekel atau koin yang berbobot 11,3 gram emas. Koin tersebut terdiri dari sekitar dua pertiga emas dan sepertiga perak yang disebut logam paduan alami atau elektrum.
Di tahun 1091 SM, Cina juga melegalkan bentuk uang berupa kotak-kotak kecil berbahan emas. Koin mata uang emas internasional pertama pun dicetak di kerajaan Asia Kecil, Lydia pada 560 SM. Ada pula cerita Julius Caesar yang membawa emas setelah kemenangan di Gaul untuk dibagikan kepada setiap prajuritnya sebanyak 200 koin serta membayar hutang Roma pada 58 SM. Di tahun 50 SM, bangsa Romawi kemudian mengeluarkan koin emas bernama Aureus.
Memasuki era Masehi, Inggris Raya menggunakan sistem moneter dengan acuan emas dan perak pada 1377. Amerika Serikat pun ikut membentuk Undang-Undang Mata Uang berstandar bimetalik (perak-emas) untuk menunjukkan perbandingan dolar AS dengan emas murni dan perak murni pada 1792. Dimulai dari abad ke-19, sejumlah negara besar di Eropa, Amerika, dan Asia menerapkan gold standard (standar emas). Dalam sistem moneter tesebut, nilai mata uang suatu negara didasarkan pada berat emas tertentu.
Penerapan standar emas bertahan hingga Perang Dunia I pada 1914-1918. Di era ini, gold standard ditangguhkan oleh Inggris Raya, Amerika Serikat, dan negara lainnya pada 1919. Setelah itu, beberapa upaya dilakukan agar standar emas bisa dijalankan kembali di sistem keuangan dunia. Pasca pecahnya Perang Dunia II pada 1939-1945, negara-negara pun terus berusaha menstabilkan kembali sistem moneter.
Bentuk usaha tersebut diatur dalam perjanjian Bretton Woods pada 1944. Nilai tukar mata uang negara-negara peserta perjanjian ini menyesuaikan dengan mata uang dolar AS. Kemudian, dolar AS menjadi mata uang cadangan internasional yang dapat ditukarkan dengan emas yakni $35 per ons. Namun, karena tekanan ekonomi seperti berkurangnya cadangan emas serta defisit anggaran, sistem Bretton Woods sekaligus standar emas berakhir pada 1971.
3. Emas untuk investasi

Dari zaman kuno sampai abad pertengahan, raja dan bangsawan menyimpan emas untuk menjaga kekayaan mereka serta mendukung stabilitas ekonomi. Mulai dari diberlakukannya standar emas hingga saat terjadinya ketidakpastian ekonomi seperti tragedi Depresi Besar di abad 20 pada 1930-an, emas dianggap investasi yang aman. Begitu pun ketika standar emas berakhir, investasi aset emas lebih populer karena pasar bebas yang menentukan harganya.
Pada abad 21, emas juga ramai dijadikan alat investasi terutama di masa krisis ekonomi secara global. Seperti krisis keuangan 2008 saat nilai dolar melesu serta tahun-tahun terjadinya pandemi Covid-19. Pada 2020, investasi emas digital mulai digandrungi karena terbatasnya ruang gerak masyarakat. Emas dipandang sebagai safe haven atau investasi yang stabil meski digempur ketidakpastian politik, sosial, ekonomi, dan geografi.
Investasi emas merupakan cara orang-orang untuk menambah kekayaan yang dapat dicairkan dalam rentang waktu tertentu. Tujuan menginvestasikan emas adalah untuk memeroleh keuntungan dari kenaikan nilai emas. Investasi dalam jangka panjang dapat menghasilkan keuntungan yang lebih signifikan sementara investasi dalam jangka pendek bisa digunakan untuk keperluan dana darurat.
Karakteristik khas dari emas menghadirkan beberapa keuntungan tersendiri saat dijadikan aset investasi, di antaranya:
Pertama, emas merupakan instrumen investasi yang stabil dalam jangka panjang dan mampu bertahan meski terjadi ketidakstabilan ekonomi seperti inflasi dan krisis. Berbeda dengan sejumlah aset investasi lain, nilai emas pun tidak terpengaruh oleh kinerja institusi seperti pemerintah dan perusahaan.
Kedua, nilai jual emas cenderung meningkat. Pasokan sumber daya emas terbatas sementara permintaan tinggi sehingga harga emas naik. Emas juga dianggap sebagai alat lindung kekayaan karena harga emas meninggi ketika mata uang melemah. Kestabilan dan kenaikan harga menjadikan emas sebagai aset investasi berisiko rendah.
Ketiga, emas adalah aset investasi dengan likuiditas tinggi atau mudah dan cepat dicairkan dalam bentuk uang. Pada dasarnya, emas gampang diperjualbelikan karena pasar globalnya luas dan aktif. Emas yang diinvestasikan dapat dijual kapan saja di lembaga investasi, bank, toko emas, maupun platform online.
Berikut beberapa jenis emas yang dapat dijadikan opsi aset investasi:
Emas batangan dengan kadar kemurnian mencapai 99,99% (24 karat). Tidak hanya cocok untuk investasi jangka panjang, emas ini juga mempunyai nilai jual kembali yang tinggi.
Emas digital yang dapat dibeli tanpa perlu memiliki bentuk fisiknya secara langsung karena semua proses dilakukan secara online. Biasanya emas digital tersedia di perusahaan fin-tech, perusahaan logam mulia, lembaga pemerintah ataupun bank.
Perhiasan emas dengan kadar kemurnian di bawah 24 karat yang memiliki campuran logam lain. Jenis ini mudah dijual, namun nilai jual kembali perhiasan emas biasanya lebih rendah.
Dinar yaitu kepingan berbahan emas senilai 91,7%-95,8% (22 karat) atau 99,99% (24 karat). Alat transaksi ini umumnya dipakai negara-negara di wilayah Timur Tengah.
Koin emas yang dipakai sebagai alat tukar di sejumlah tempat yang memberlakukannya. Selain dikoleksi, emas ini juga dapat diinvestasikan.
Emas granul yang berbentuk butiran. Biasanya digunakan sebagai bahan pembuatan perhiasan serta produk lain yang memerlukan bahan emas.
Menelusuri sejarah penggunaan emas dari waktu ke waktu membuat kita menyadari alasan emas bisa bernilai tinggi. Perpaduan sifat fisik dan kimianya serta nilai ekonomi dan sejarahnya menjadikan emas suatu barang yang berharga. Meski tidak lagi dijadikan alat tukar dan standar moneter, emas tidak ketinggalan zaman untuk dijadikan perhiasan, bahan baku benda tertentu, hingga aset investasi di masa sekarang.